Muhammad Rafly Andhika Putra, mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, lolos seleksi Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) 2024.

Program besutan Kemendikbud-Ristek tersebut menawarkan kesempatan bagi mahasiswa Indonesia yang ingin belajar di berbagai universitas terbaik di seluruh dunia. Pada kesempatan IISMA 2024 ini, Rafly memilih University of Granada Spanyol sebagaitempat studinya untuk satu semester ke depan.

Diketahui, keinginannya untuk memaksimalkan segala fasilitas yang ada di tingkat perguruan tinggi ini berawal sejakmahasiswa baru.

“Motivasiku mengikuti program IISMA tumbuh dari speech yang rektor serta para staf akademik, saat masa awal ospek. Mereka menyampaikan bahwa kampus bagaikan meja yang penuh, berisi kesempatan, atau opportunity,” ujarnya.

“Hal itu hanya dapat kita manfaatkan ketika kita sebagai mahasiswa. Ujungnya kembali pada kita untuk mengambil opportunity tersebut atau tidak,” ungkapnya.

Rafly mengungkap alasannya mengambil University of Granada sebab termasuk salah satu universitas top di Spanyol. “University of Granada merupakan top five universitas di Spanyol. Jadi, kualitas akademik dan programnya sangat meyakinkan,” tambahnya.

Pengalaman Baru di Spanyol

Walau program tersebut baru Rafly jalani selama awal September ini, ia mengaku bahwatelah disibukkan dengan berbagai kegiatan di dalamnya. Baik dari fakultas di University ofGranada, maupun dari program IISMA lainnya.

“Jadi dari fakultas, terdapat dua kegiatan yang meliputi akademik dan aktivitas. Seperti campus tour, city tour, alhambra, costa tropical (almuñècar & nerja), fiesta con la orquesta ciudad de granada,” ujarnya.

“Kemudian dari awardees-nya sendiri juga punya beberapa kegiatan, misalnya acara cultural exposure dengan sharing budaya, tarian juga lagu, dan produk-produk dari Indonesia,” terangnya.

Lebih lanjut, Rafly menceritakan bahwa orang-orang Spanyol merupakan masyarakat yang sangat gemar bersosialisasi. Sehingga lingkungan yang ia dapatkan begitu kasual. Ia juga sempat mengaku kaget dengan budaya normalisasi alkohol yang terjadi di sana.

Budaya lainnya yang ia amati dan pelajari adalah masyarakat Spanyol sangat menerapkan berjalan kaki dalam kehidupan sehari-harinya. Selanjutnya, terkait bahasa, diketahui Rafly sempat mempelajari bahasa Prancis saat ia mengenyam kuliah semester tiga dan empat di UNAIR, sehingga cukup membantunya.

“Spanyol itu termasuk romantic language, jadi hampir seluruh katanya tergendirisasi. Kemudian yang membuat mudah, ada beberapa kata turunan dari Inggris dan Indonesia, contohnya kata ‘zapato’ yang memiliki arti sepatu,” jelasnya.

Beberapa waktu yang telah ia jalani selama program IISMA, membuatnya harus segera beradaptasi dengan lingkungannya di berbagai aspek, seperti bahasa juga makanan. Rafly mengingatkan terkait bahasa, seminimum mungkin untuk mengetahui cara berinteraksi dan berkenalan.

“Minimal kita belajar cara bertransaksi dan introduce ourselves. Keduanya sangat membantu karena, orang Spanyol untuk pengetahuan berbahasa Inggris tergolong kurang,” terang Rafly.

Selanjutnya, sebagai seorang muslim, ia mengaku harus memperhatikan terkait makanan. “Beruntungnya, pihak fakultas telah memfasilitasi berupa formulir yang berisi makanan halal dan haram,” ujarnya.

“Fasilitas mendukung lainnya adalah adanya food section, sehingga memudahkan bagi orang-orang muslim yang mengenyam studi di University of Granada,” tambahnya.



Source link