Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Salah satu ibadah yang penting untuk kita renungi bersama-sama adalah ibadah haji. Ibadah haji merupakan salah satu rukun Islam yang diwajibkan kepada semua umat Islam yang sudah memiliki bekal yang cukup mulai dari berangkat hingga pulangnya. Pahala yang Allah janjikan kepada orang yang beribadah haji dengan benar adalah surga dari Allah. Hal ini sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah dalam salah satu hadisnya, yaitu:

الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةُ

Artinya: “Haji yang mabrur, tidak ada balasan baginya kecuali surga.” (HR. Muslim)

Dengan berdasarkan hadis ini, maka tentu tidak semua ibadah haji bisa mendapatkan balasan surga dari Allah swt, bahkan banyak yang tidak mendapatkan nilai apa-apa selain menghilangkan kewajiban dan menghabiskan uang saja. Allah hanya menjanjikan balasan surga bagi orang-orang yang berhaji dan berhasil meraih status mabrur.

Maksud dari haji mabrur itu sendiri sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam as-Suyuthi dalam kitab Syarhu as-Suyuthi li Sunan an-Nasa’i adalah haji yang diterima oleh Allah swt. Sedangkan tanda-tanda diterimanya ibadah haji adalah ketika orang yang berhaji kembali menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya, lebih taat dan lebih istiqamah dari sebelumnya, serta tidak mengulangi kemaksiatan-kemaksiatan yang pernah dilakukan sebelum haji.

Dengan demikian, orang-orang yang kembali menjadi lebih baik dari sebelum menunaikan ibadah haji menjadi salah satu tanda bahwa hajinya merupakan haji mabrur, yaitu haji yang diterima oleh Allah swt. Dan, jika tidak kembali menjadi lebih baik atau bahkan lebih buruk dari sebelumnya, menunjukkan bahwa ibadah tersebut sia-sia dan hampa.

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Jika salah satu dari kita semua merupakan bagian dari orang-orang yang pernah menunaikan ibadah haji, baik di tahun ini atau tahun-tahun sebelumnya, dan ingin tahu apakah ibadah haji yang kita lakukan menjadi haji yang mabrur atau tidak, maka lihatlah bagaimana keadaan kita. Jika lebih baik, berarti mabrur, dan jika lebih buruk berarti sia-sia.

Salah satu penyebab haji menjadi ibadah yang tidak diterima oleh Allah adalah karena tujuan dan niat yang tidak baik. Menunaikan haji hanya untuk dipanggil pak haji, berhaji hanya untuk melakukan rekreasi, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, Allah swt mengingatkan kepada kita semua untuk menunaikan ibadah rukun Islam yang kelima ini hanya karena Allah semata, bukan karena lainnya. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an, yaitu:

وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ

Artinya: “Dan sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.” (QS. Al-Baqarah: 196)

Ma’asyiral Muslimin jamaah Jumat yang dirahmati Allah

Itulah renungan penting yang harus kita jadikan bahan introspeksi dari ibadah haji yang kita lakukan khususnya, dan semua ibadah-ibadah lain pada umumnya. Bahwa salah satu tanda yang paling tepat untuk melihat diterima atau tidaknya suatu ibadah adalah dengan cara menjadikan kita semua sebagai hamba yang lebih baik dan lebih istiqamah.

Demikian khutbah jumat perihal renungan atas ibadah haji yang sudah dilakukan. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua, dan digolongkan sebagai hamba yang istiqamah dalam menjalankan semua perintah dan menjauhi larangan-Nya. Amin ya rabbal alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ



Source link