Mabrur adalah predikat haji yang diinginkan umat Islam saat melaksanakan Rukun Islam kelima. Pahala haji mabrur adalah surga. Demikian dikatakan UAH.

UAH menjelaskan, mabrur berasal dari kata al-Birru, artinya kebaikan yang terlahir setelah mampu menepikan sifat-sifat yang tidak baiknya. Karena itu, jemaah haji merenung, mengintrospeksi, dan berkontemplasi di Arafah untuk mencoba memperbaiki diri dengan mengenal Allah lebih dekat dan mengenal diri sendiri sehingga mampu menjadi lebih baik dan lebih dekat dengan Allah SWT.

“Di Muzdalifah pun demikian, merenungkan berkomitmen untuk melepaskan semua sifat buruk itu sehingga dilempari di jamarat yang telah dilakukan itu, baik Aqabah, Ula ataupun Wustho. Puncaknya di Muna. Disebut dengan Muna karena kita berharap menjadi pribadi lebih baik lagi setelah merenung dua sampai tiga hari,” ujarnya, dikutip dari YouTube Adi Hidayat Official, Jumat (21/6/2024).

“Di hari pertama kita menemukan faktor yang menyebabkan saya kurang baik, kurang dekat dengan Allah. Maka dilontar itu, dijauhkan itu dengan harapan sirna dan punahlah semua sifat-sifat yang tidak baik itu,” lanjutnya.

Setelah rangkaian itu, maka selanjutnya adalah tawaf ifadah. Pada rangkaian ini jemaah haji bertakwa dan bersyukur kepada Allah karena telah diberikan kekuatan sehingga mampu melepaskan sifat-sifat yang kurang baik dan terjadilah perubahan pada diri kita.

“Sifat yang muncul berubah baik setelah buruknya tanggal, solehnya muncul. Salahnya hilang. Itulah birrun. Ketika melekat pada diri kita, maka berubah dari kata birrun menjadi mabrur. Itulah yang disebut dengan haji mabrur. Haji yang mampu mengubah karakter, sifat, dan sikap menjadi lebih baik dari sebelum dia berhaji,” tambahnya.



Source link