Liputan6.com, Yogyakarta – Wayang menjadi salah satu kesenian khas Yogyakarta tetap populer hingga saat ini. Wayang berasal dari kata “wayang” dalam bahasa Jawa yang berarti bayangan, menjadi bentuk seni pertunjukan yang memadukan elemen teater, musik, dan narasi.

Di Yogyakarta, wayang tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga merupakan media untuk menyampaikan nilai-nilai kehidupan, sejarah, dan filosofi budaya Jawa. Dalam perkembangannya, wayang beradaptasi dan berkembang agar semakin dikenal secara luas.

Seperti wayang sampah dalam acara pentas wayang sampah welingan yang digelar pada Sabtu (28/09/2024) di Taman Budaya Rmbung Giwangan, Yogyakarta. Gelaran kesenian ini menyoroti pentingnya merawat lingkungan dengan mengangkat tema “Merawat Lingkungan melalui Seni.”

Dalam acara ini, penggiat budaya Jawa, Hangno Hartono memperkenalkan konsep baru Dharmaekologi.

“Konsep ini mengajak kita untuk merenungkan peran kita sebagai penjaga alam,” kata Hangno Hartono.

Menurut Hangno Hartono, Dharmaekologi sangat relevan di tengah tantangan lingkungan yang manusia hadapi saat ini. Sering kali, manusia melupakan pentingnya bersyukur kepada alam yang telah memberikan inspirasi dan sumber daya.

Rasa syukur ini perlu diwujudkan dalam tindakan nyata, bukan hanya dalam bentuk penghargaan, tetapi juga dalam usaha menjaga dan melestarikan keanekaragaman hayati. Menanam pohon dan menjaga keberagaman hayati adalah langkah konkret yang bisa ambil untuk menciptakan keseimbangan ekologi.

Melalui gerakan menanam, kita tidak hanya menghijaukan bumi, tetapi juga memperkuat ekosistem yang ada. Setiap tindakan kecil dapat membawa dampak besar bagi kelestarian lingkungan.

Menurut Hangno Hartono gerakan ekologi bukanlah hal baru dalam budaya Indonesia, terutama dalam tradisi Jawa. Idiom “Memayu Hayuning Bawono” menekankan pentingnya menciptakan keindahan untuk dunia kita, yang sejalan dengan semangat “Go Green.”

Hal ini menunjukkan bahwa tindakan untuk menjaga lingkungan sudah menjadi bagian dari warisan budaya masyarakat tradisional. Hangno menyebut, penting bagi untuk terus mengembangkan idiom baru yang berkaitan dengan ekologi.

Istilah seperti Dharmaekologi dan Fiqih Ekologi yang muncul di kalangan santri adalah contoh bagaimana pemikiran baru dapat mendorong kesadaran akan konservasi lingkungan. Dengan menciptakan lebih banyak istilah yang menggugah, manusia dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga bumi.



Source link