Liputan6.com, Jakarta – Siapa sangka berawal dari lalat membantu mengolah sampah dan dapat menjadi sumber cuan bagi masyarakat. Hal itu berawal dari Pusat Budidaya Maggot yang dibina anak usaha PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yakni PT Bumi Suksesindo.

Bumi Suksesindo melalui program pemberdayaan dan pengembangan masyarakat (PPM) membantu lahirnya pusat budidaya maggot yang berada di Desa Siliragung, Banyuwangi, Jawa Timur yang dikelola Komunitas Pemuda Etan Gladak Anyar (PEGA) Indonesia. Adapun komunitas PEGA ini dipimpin oleh Sundarianto.

Komunitas ini membantu masyarakat mengolah sampah sehingga dapat mengurangi bau dan limbah melalui budidaya maggot. Maggot meski seperti lalat tetapi berbeda dengan lalat yang biasa ditemui. Maggot seperti larva yang berasal dari telur serangga bernama black soldier fly (BSF) dan termasuk larva pemakan bahan organik seperti limbah sisa makanan dan rumah tangga.

Sundarianto menceritakan pihaknya menemukan maggot tak sengaja. Ia mengatakan selama ini mengolah sampah melalui bank sampah. Namun, ia menuturkan, mengelola sampah itu tidak hanya bahan plastik tetapi juga bagaimana mengurangi baunya.

“Tak sengaja temukan maggot. Jadi komunitas mengolah karena selama ini lebih ke bank sampah, belum maggot. Komunitas dulu ke unorganik. Pengolahannya untuk limbah organik pada 2017, kita konsep limbah organik,” ujar Sundarianto saat ditemui wartawan, Jumat, 25 Oktober 2024.

Sementara itu, Anggota Pega, Ardi Fendika menuturkan, satu kilogram (kg) maggot mengkonsumsi 10 kg limbah organic. Dengan demikian, satu minggu dapat hasilkan sekitar 100 kg maggot segar.  

Sundarianto menjelaskan, maggot tersebut mengkonsumsi limbah sampah. Limbah sampah ini dibedakan menjadi dua yakni sampah serat kas dan sampah serat halus. Sampah serat halus ini dari limbah organik dari sisa dapur, nasi, lauk pauk. “Sampah serat halus tersebut yang kita maksimalkan jadi makanan maggot,” ujar Sundarianto.

 



Source link