Bayu mengaku senang dapat mengunjungi Yayasan Pendidikan Penyandang Cacat (YPPC) dan mendiskusikan topik baru di sana.

“Saya senang akhirnya bisa datang ke sekolah Yayasan Pendidikan Penyandang Cacat (YPPC) dan mendiskusikan topik-topik baru dengan murid-murid di sana,” kenang Bayu. “Kegiatan yang menyertakan anak dengan disabilitas artinya kegiatan itu punya sasaran jelas dan informatif.”

Inisiatif Mitra Muda dan AYA, beserta dampak edukasi dan nilai inklusi yang diusungnya, mendapatkan banyak pujian serta menjadi fondasi bagi interaksi berikutnya dengan anak dengan disabilitas. Respons yang baik dari sekolah dan orangtua kian menguatkan keyakinan Bayu bahwa kegiatan-kegiatan tersebut penting.

Bayu membayangkan masa depan di mana anak dengan disabilitas dijamin aksesnya kepada pengalaman yang membuka wawasan dan pendidikan secara luas dan berkelanjutan.

“Punya ‘perhatian’ terhadap anak dengan disabilitas saja tidak cukup. Kita juga harus pastikan mereka dilihat, didengar, dan disertakan dalam kegiatan yang bermakna supaya wawasan mereka bertambah luas,” katanya.

Kisah menginspirasi dari Bayu adalah bukti kekuatan semangat dan pentingnya nilai inklusi.

“Saat ini, makin banyak anak muda dengan disabilitas yang aktif menyuarakan hak-haknya seperti Bayu,” kata Disability Inclusion Officer dari UNICEF Indonesia, I Made Wikandana.

“Mereka harus dilibatkan dalam hal apa pun, mulai dari isu disabilitas hingga isu sosial lainnya. Itulah sejatinya makna dari prinsip tidak meninggalkan satu orang pun (no one left behind),” pungkasnya.



Source link