Ketika malaikat bertanya, “Apa yang akan kamu lakukan?” broker Indonesia itu menjawab, “Tidak usah terlalu banyak tanya, yang penting beres!”

Ceramah ini disambut dengan gelak tawa, terutama karena Ustadz Das’ad berhasil menyisipkan unsur realitas sosial dalam guyonan tersebut.

Ia menyindir dengan halus bahwa di Indonesia, sering kali pekerjaan diselesaikan dengan cara yang tidak transparan, bahkan di pintu surga sekalipun.

Pesannya begitu mengena namun tetap ringan, sehingga pendengar bisa merenungkan betapa pentingnya kejujuran dalam setiap tindakan.

Guyonan tersebut semakin memperlihatkan kemampuan Ustadz Das’ad dalam merangkai kisah yang bisa menghibur sekaligus menyentil kebiasaan yang kurang baik dalam budaya kerja.

Menurutnya, cerita tersebut adalah gambaran bagaimana budaya “asal selesai” masih sering ditemui, bahkan di situasi paling penting sekalipun.

Pada intinya, Ustadz Das’ad ingin menunjukkan bahwa kejujuran dan transparansi sangatlah penting, tidak hanya dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga dalam menjalankan tugas dan amanah.

Meski bercerita dengan gaya jenaka, ia menyisipkan pesan moral bahwa kebiasaan mengabaikan detail dan mengutamakan keuntungan pribadi adalah praktik yang seharusnya dihindari.

Selain menyentuh budaya kerja yang “asal beres”, cerita tersebut juga mengingatkan bahwa setiap tindakan akan ada pertanggungjawabannya.

Ustadz Das’ad secara halus menekankan bahwa bahkan di depan pintu surga, yang konon menjadi tempat tertinggi bagi umat manusia, perilaku kurang jujur dan tidak amanah tetap bisa terjadi, sehingga integritas adalah hal yang tidak boleh dilupakan.

Di akhir ceramahnya, Ustadz Das’ad menegaskan bahwa humor tersebut bukan hanya untuk menghibur, tetapi juga untuk mengajak pendengar agar lebih introspektif. Ia mengingatkan bahwa dunia ini hanyalah tempat sementara, dan sikap kita dalam menjalani pekerjaan adalah cerminan dari nilai yang kita pegang.

Dengan cara penyampaiannya yang santai dan humoris, Ustadz Das’ad berhasil menyampaikan pesan moral yang mendalam kepada pendengarnya.

Cerita sederhana tentang pintu surga yang macet itu mengingatkan bahwa, bahkan di depan pintu surga, hanya mereka yang bertanggung jawab dan amanah yang layak memasuki kehidupan abadi.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul



Source link