Liputan6.com, Jakarta Kejang yang terjadi di tempat dan waktu tak tentu kerap dikaitkan dengan epilepsi.

Epilepsi adalah kondisi yang ditandai oleh kejang berulang akibat aktivitas listrik abnormal di otak dan merupakan salah satu gangguan neurologis yang paling umum. Kondisi ini memengaruhi sekitar 1 hingga 5 persen populasi di seluruh dunia.

Penyakit ini dapat muncul di semua kelompok usia, bisa terjadi pada anak-anak dan orang dewasa yang lebih tua. Penyakit ini juga tidak memandang etnis tertentu.

Pengidap epilepsi juga rentan mengalami disabilitas akibat perubahan emosi, perubahan perilaku, dan kesehatan mental. Menurut Ketua Lingkar Sosial Indonesia, Ken Kerta, orang dengan epilepsi atau ODE bisa mengalami depresi atau suasana hati yang rendah dan perasaan sedih yang berkepanjangan. ODE juga mengalami ansietas (kecemasan), perubahan suasana hati, fluktuasi emosi, bahkan pikiran bunuh diri akibat epilepsi yang dialami.

Sementara, menurut dokter spesialis saraf RS Siloam Lippo Village Karawaci, Retno Jayantri Ketaren, kejang pada epilepsi bisa sangat bervariasi, mulai dari yang ringan hingga yang berat.

“Sangatlah penting untuk membedakan epilepsi dari gangguan kejang lainnya, seperti kejang febrile atau kejang akibat infeksi. Gangguan tersebut tidak berulang dan tidak disebabkan oleh masalah neurologis yang mendasar, sehingga pengetahuan tentang perbedaan ini sangat penting,” jelas Retno dalam keterangan pers, Senin, 21 Oktober 2024.

Apa Saja Gejala Umum Epilepsi?

Gejala epilepsi bervariasi tergantung pada jenis kejang dan individu yang terlibat. Beberapa gejala umum meliputi:

  • Kehilangan kesadaran.
  • Gerakan tak terkendali, seperti kejang tonik-klonik.
  • Sensasi aneh, seperti perasaan de javu atau halusinasi.

“Setiap individu mungkin mengalami gejala yang berbeda. Sementara beberapa pasien mungkin hanya mengalami kejang ringan yang tidak mengganggu aktivitas sehari-hari, yang lainnya dapat mengalami kejang yang lebih kompleks dan mengganggu,” jelas Retno.

Remaja Inggris berusia 13 tahun, Oran Knowlson, menjadi anak pertama di dunia yang menerima implan otak untuk mengontrol kejang epilepsi. Sebelum operasi implan, Oran mengalami 300 kejang per hari sejak usia tiga tahun.



Source link