Khodam adalah istilah dari bahasa Arab yang memiliki makna sebagai pembantu, penjaga, atau pengawal. Dalam kepercayaan yang berhubungan dengan dunia gaib, khodam dianggap memiliki kaitan erat dengan manusia sebagai makhluk gaib yang membantu atau melindungi individu tertentu. Mereka bisa muncul dalam berbagai wujud, seperti khodam pendamping yang diyakini memiliki bentuk seperti macan putih, naga, ular, buaya putih, dan sebagainya.

Dalam konteks kepercayaan tertentu, khodam dianggap sebagai bagian dari diri manusia yang muncul secara alami atau melalui proses tertentu. Mereka juga diyakini berperan dalam membentuk kepribadian seseorang. Dalam Islam, terdapat perdebatan mengenai apakah khodam sebenarnya adalah jin atau bukan. Beberapa ulama Salafi kontemporer dan sejumlah pendapat dari sejarah Islam mengizinkan penggunaan khodam, jika mereka memang dianggap sebagai jin, dengan syarat dan batasan tertentu.

Namun, pendapat ini bertentangan dengan pandangan beberapa ulama, seperti Imam Ahmad bin Hambal, yang menganggap meminta bantuan kepada jin atau memanfaatkan mereka dalam berbagai konteks tertentu dapat membuka pintu kemusyrikan. Sebagaimana yang disebutkan dalam Surah Al-Jin ayat 6, bahwa meminta perlindungan atau bantuan kepada jin bisa membawa kesesatan. Pendapat dari ulama fiqih seperti Prof. Wahbah Az Zuhaili menegaskan bahwa meminta bantuan jin dalam bentuk apapun adalah perbuatan tercela menurut syariat Islam.

Meskipun demikian, kepercayaan terhadap khodam masih dianut oleh sebagian masyarakat, terutama di kalangan tertentu. Fenomena cek khodam secara online saat ini juga menunjukkan adanya ketertarikan masyarakat terhadap hal-hal yang berbau gaib dan mistis. Namun, sebagian besar masyarakat cenderung memandang tren ini sebagai sekadar hiburan semata, tanpa adanya bukti ilmiah yang kuat.

Secara keseluruhan, isu tentang khodam masih menjadi perdebatan di kalangan ulama dan masyarakat. Perbedaan pandangan ini menunjukkan bahwa pemahaman tentang khodam dan makhluk gaib lainnya perlu dikaji lebih dalam, terutama dari sudut pandang agama dan ilmiah, agar tidak menimbulkan pemahaman yang keliru di tengah masyarakat.



Source link