Liputan6.com, Teheran – Seorang mahasiswi nyaris telanjang di luar sebuah universita di Iran. Ia terlihat hanya mengenakan pakaian dalam.

Aksi tersebut, menurut beberapa mahasiswa dan kelompok hak asasi manusia merupakan protes terhadap aturan berpakaian Islam yang ketat di negara itu.

Menurut laporan CNN yang dikutip Senin (4/11/2024), beredar sebuah video di media sosial dan dibagikan oleh kelompok hak asasi manusia Amnesty International yang menunjukkan perempuan itu duduk di luar universitas dengan pakaian dalam dan rambutnya tidak tertutup. Dia memberi isyarat ke arah sesama mahasiswa, yang banyak di antaranya adalah perempuan dan mengenakan jilbab, sebelum berjalan-jalan di sekitar tempat itu.

Video lain menunjukkan dia berjalan di jalan, masih dalam keadaan tidak berpakaian, lalu sekelompok pria mengelilinginya, memasukkannya ke dalam mobil, dan pergi.

Amnesty International mengatakan pada hari Sabtu (2/11) bahwa perempuan itu telah “ditangkap dengan kejam” setelah dia memprotes “penegakan hukum yang kasar” terhadap aturan berpakaian di Universitas Islam Azad Teheran.

Menurut saluran media sosial mahasiswa Iran, Amir Kabir, perempuan itu sebelumnya telah dilecehkan oleh anggota Basij, kelompok paramiliter sukarelawan Iran, di dalam lingkungan universitas. Saluran itu mengklaim bahwa anggota pasukan itu telah merobek jilbab dan pakaiannya.

Sementara itu, mengutip keterangan sejumlah saksi mata, Fars News Agency yang dikelola pemerintah melaporkan bahwa mahasiswi itu menanggalkan pakaiannya setelah dua personel keamanan “berbicara dengan tenang” kepadanya dan memperingatkannya tentang pelanggaran aturan berpakaian.

Direktur hubungan masyarakat Universitas Islam Azad Teheran mengatakan perempuan itu menderita masalah kesehatan mental.

Di sisi lain, Amnesty International menyerukan pembebasan segera dan tanpa syarat atas mahasiswi Universitas Azad tersebut dan menuntut agar ia diberi akses kepada keluarga dan pengacaranya.

“Dugaan pemukulan dan kekerasan seksual terhadapnya selama penangkapan memerlukan penyelidikan yang independen dan tidak memihak,” kata para pegiat hak asasi manusia dalam sebuah pernyataan di X. “Mereka yang bertanggung jawab harus (diminta) bertanggung jawab.”

 



Source link