Menurut perwakilan Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (PDSKO), dr. Elina Widiastuti, jawabannya adalah ‘ya’. Aktivitas fisik memiliki peran penting dalam pencegahan stroke.

Kurangnya aktivitas fisik termasuk dalam lima faktor risiko utama yang dapat meningkatkan peluang seseorang terkena stroke. Dalam konteks ini, olahraga tidak hanya sekadar aktivitas untuk menjaga kebugaran, tapi juga menjadi strategi efektif untuk mengurangi risiko kesehatan serius, termasuk stroke.

Elina menjelaskan bahwa aktivitas fisik menawarkan banyak manfaat bagi kesehatan, seperti meningkatkan fungsi jantung, pembuluh darah, dan pernapasan.

Selain itu, olahraga juga berkontribusi dalam menurunkan risiko penyakit kardiovaskular, salah satu faktor yang berhubungan erat dengan stroke.

Bahkan, rutin berolahraga dapat mengurangi morbiditas (tingkat penyakit) dan mortalitas (tingkat kematian) yang berkaitan dengan berbagai gangguan kesehatan.

Menariknya, manfaat olahraga tidak hanya dirasakan pada aspek fisik tapi juga pada kesehatan mental. Salah satu penyebab stroke adalah stres, dan olahraga terbukti mampu mengurangi kecemasan serta depresi, yang pada akhirnya mengurangi risiko stroke secara keseluruhan.

Lebih lanjut, olahraga dapat meningkatkan fungsi kognitif dan performa kerja. Pada orang lanjut usia, manfaat olahraga semakin penting karena membantu menurunkan risiko jatuh dan cedera.

“Juga merupakan terapi efektif pada beberapa penyakit kronis, terutama pada pasien lanjut usia,” katanya.

 



Source link