Ia juga mengingatkan bahwa manusia sering kali tidak bisa memenuhi rasa syukur untuk apa yang sudah dimiliki, tetapi sudah sibuk meminta hal-hal baru. Gus Baha menegaskan bahwa sikap ini adalah cerminan dari kurangnya rasa syukur dan mengabaikan nikmat yang sudah Allah berikan. Dengan kata lain, jika kita tidak bisa mensyukuri nikmat yang sudah ada, bagaimana mungkin kita pantas meminta lebih?

Gus Baha juga memberi nasihat bahwa dalam berdoa, hendaknya kita tidak hanya fokus pada permintaan besar yang mungkin tidak relevan atau belum waktunya. Ada baiknya kita mengukur kebutuhan dan keadaan kita sendiri, lalu mensyukuri hal-hal kecil yang sudah diberikan. Rasa syukur itulah yang akan membuka pintu bagi nikmat-nikmat berikutnya.

Ia mengajak umat untuk merenungkan seberapa sering kita meminta dalam doa, tetapi lupa untuk mensyukuri apa yang sudah ada. Misalnya, kita sering kali meminta rezeki yang lebih besar, jabatan yang lebih tinggi, atau kehidupan yang lebih nyaman, tetapi melupakan nikmat kecil seperti kesehatan, keluarga, dan ketenangan yang sudah kita miliki.

Sebagai penutup, Gus Baha menegaskan bahwa syukur adalah kunci untuk mendapatkan lebih banyak nikmat dari Allah. Allah akan menambah nikmat-Nya kepada orang yang bersyukur. Sebaliknya, jika kita tidak bersyukur dan terus-menerus meminta tanpa henti, itu adalah tanda bahwa kita kurang memahami betapa besar nikmat yang sudah kita terima.

Ia menyarankan agar kita lebih sering merenungkan setiap permintaan yang kita sampaikan dalam doa. Apakah sudah pantas meminta lebih jika rasa syukur kita untuk nikmat yang ada belum sempurna? Dengan menjaga keseimbangan antara syukur dan doa, kita bisa lebih bijak dalam berdoa dan tidak jatuh pada sikap berlebihan.

Dalam kehidupan sehari-hari, Gus Baha mengajak kita untuk selalu introspeksi dan belajar bersyukur dengan apa yang telah kita terima sebelum meminta lebih.

Sering kali, kita terlalu cepat merasa tidak puas dengan apa yang ada dan langsung meminta sesuatu yang lebih, padahal rasa syukur itulah yang seharusnya menjadi landasan dalam setiap doa kita.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul



Source link