10 Mitos Soal Halloween dan Fakta di Baliknya
Ada banyak cerita negatif yang muncul di media tentang Halloween yang berkaitan dengan keselamatan anak-anak. Beberapa kebiasaan dalam perayaan ini, seperti anak-anak berkeliaran di jalanan pada malam hari dan mempercayai orang asing untuk memberi mereka makanan, terlihat memiliki risiko yang dapat mengancam keamanan anak.
Permen yang mengandung ganja atau silet yang disisipkan di dalam permen apel adalah beberapa cerita horor yang muncul. Selain itu, ada juga kekhawatiran tentang anak-anak yang menjadi mangsa dan diculik saat Halloween.
Namun, statistik menunjukkan bahwa anak-anak tidak memiliki risiko yang lebih besar untuk diculik pada hari Halloween dibandingkan hari lainnya dalam setahun. Demikian juga, menurut NBC Chicago, hanya ada dua kematian yang dikonfirmasi akibat permen Halloween yang tercemar, dan pada kedua insiden tersebut, yang bersalah adalah keluarga, bukan orang asing.
Satu-satunya risiko adalah mobil. Dengan meningkatnya jumlah pejalan kaki, berarti semakin besar kemungkinan terjadinya kecelakaan yang tidak diinginkan, dan hal ini didukung oleh data statistik.
3. Jack-O’-Lantern Selalu Berupa Labu
Jika dipikir-pikir, tradisi mengukir lubang pada labu dan menyinari labu tersebut dengan lilin cukup aneh. Namun, tradisi ini berasal dari legenda seorang pemabuk Irlandia, Stingy Jack, yang dikenal sebagai penipu.
Karena sifatnya yang seperti itu, Stingy Jack menipu setan beberapa kali ketika dia tampaknya akan menemui ajalnya. Akhirnya, Setan berhasil menyusul Stingy Jack saat dia meninggal dunia. Namun, dia tidak diizinkan masuk surga karena gaya hidupnya yang penuh dengan dosa.
Dia mencoba memasuki gerbang neraka, tetapi ditolak oleh Setan yang mengutuknya untuk berkeliaran di dunia antara alam kebaikan dan kejahatan dalam kegelapan hingga akhir keabadian. Yang dimiliki Stingy Jack hanyalah bara api di dalam umbi-umbian yang dilubangi, yang berupa rutabaga atau lobak, bukan labu.
Seperti versi modernnya, Stingy Jack memiliki banyak julukan yang berbeda, seperti Jack the Smith, Drunk Jack, Flaky Jack, dan Jack the Lantern. Entah ini kisah nyata di balik jack-o’-lantern atau bukan, masih belum pasti karena ada banyak versi yang berbeda. Namun, orang Irlandia mengakuinya sebagai cerita rakyat, termasuk bagian tentang lobak. Tradisi ini kemudian berkembang dan orang-orang mulai mengukir sayuran akar untuk mengusir roh jahat seperti Stingy Jack. Kenyataannya, labu lebih lembut dan lebih mudah diukir.
4. Kucing Hitam Dikorbankan pada Halloween
Dalam budaya Barat, kucing hitam sering kali dianggap sebagai simbol pertanda buruk atau nasib buruk. Salem, seorang penyihir berusia 500 tahun yang terperangkap di dalam seekor kucing hitam yang dapat berbicara dalam acara TV Amerika tahun 90-an Sabrina The Teenage Witch, menyebarluaskan ide ini.
Intinya adalah kucing hitam telah lama dikaitkan dengan penyihir, yang tentunya sangat terkait dengan Halloween. Pada zaman kegelapan dikatakan bahwa penyihir dapat mengubah diri mereka menjadi kucing hitam dan kemudian berubah kembali.
Pada zaman pembakaran penyihir, sering kali kucing hitam mereka akan dibakar bersama mereka. Ritual setan ini telah mengarah pada konsep bahwa kucing hitam, secara tradisional, dikorbankan pada saat Halloween. Hal ini merupakan mitos belaka.
People for the Ethical Treatment of Animals (PETA), sebuah organisasi pembela hak-hak hewan, telah lama menyuarakan hal ini. Mereka mengekspos kekerasan yang mengejutkan dan memilukan yang terjadi pada kucing hitam saat Halloween, sampai-sampai penampungan hewan menangguhkan proses adopsi kucing hitam menjelang akhir Oktober.
Tinggalkan Balasan